Rabu, 17 Desember 2014

Aplikasi Android VS Apple

iOS dari Apple dan Android dari Google bisa disebut sebagai sistem operasi mobile terbaik saat ini. Banyak aplikasi iOS yang juga dibuat untuk Android. 


Dari Segi Tampilan Interface
Pernahkan terlintas dalam benak Anda mengapa aplikasi di iOS terlihat lebih halus dan elegan ketimbang di Android? "Jawabannya singkat dan sangat sederhana karena membuat aplikasi (dengan tampilan elegan) di iOS lebih mudah dibandingkan dengan Android," kata Danilo Campos, desainer antarmuka (UI/UX) dari perusahaan Hipmunk. 

Dari Segi Pengembangan
Ada beberapa alasan teknis yang lebih mendalam. Pertama, soal fragmentasi. Ketika menyusun kode-kode (coding) untuk aplikasi di iOS, pengembang menangani jumlah perangkat, ukuran layar, resolusi piksel, dan spesifikasi peranti keras yang sedikit. Hanya sebatas iPad, iPhone, dan iPod Touch. 

Namun, ketika membuat aplikasi untuk Android, pengembang akan berhadapan dengan banyak sekali ukuran layar, resolusi piksel, dan spesifikasi dari vendor yang mengadopsi Android, baik ponsel cerdas maupun tablet. "Perangkat Android hadir dalam berbagai bentuk, ukuran, resolusi layar yang berbeda, dan kecepatan hardware yang berbeda pula. Ini sebenarnya adalah rintangan besar," kata pendiri perusahaan pembuat aplikasi Karma, Lee Linden. Ia melanjutkan, seorang pengembang harus menguji aplikasinya di 20 perangkat yang berbeda ukuran layar dan resolusinya, yang berbeda prosesornya. "Ini pasti membuat pengembangan sebuah aplikasi berjalan lebih lambat," tutur Linden. 

Google tampaknya akan melakukan banyak perubahan di Android versi 4.0 Ice Cream Sandwich. Sekarang Google memiliki satu set pedoman desain yang solid, yang membuat pengembang lebih mudah dalam mengimplementasikan desain yang konsisten. Untuk mengurangi fragmentasi Android, sebenarnya Google telah mewajibkan pengembang aplikasi dan vendor untuk menggunakan antarmuka utama yang diberi nama Holo. 
Dari Segi Ekonomi
Soal jumlah uang yang masuk, toko aplikasi App Store milik Apple memang bukan tandingan kompetitornya dari kubu Android, Google Play. November lalu, sebuah studi App Annie yang dikutip oleh Wired mengungkapkan bahwa App Store memiliki pendapatan bulanan 300 persen lebih besar dibandingkan dengan Google Play. Padahal, jumlah pengguna Android sudah jauh melebihi angka pemakai iOS, dengan penguasaan pasar 75 persen menurut data kuartal ketiga dari IDC. 

Dari Segi Kualitas
Menurut para developer aplikasi kontrol kualitas super ketat yang diterapkan Apple terhadap aplikasi-aplikasi yang beredar di App Store. Berkat mekanisme pengawasan Apple, konsumen bisa mendapatkan aplikasi yang terjaga kualitasnya "App Store memiliki proporsi jumlah aplikasi berkualitas yang lebih tinggi sebagai hasil dari proses approval yang ketat itu," ujar Zak Tanjeloff dari DLP Mobile. "

Dari Segi Keamanan
Saya percaya bahwa hal itu disebabkan oleh toko App Store yang aman dan dipercaya konsumen.  Standar kualitas Apple yang tinggi juga disebut Tanjeloff berhasil meyakinkan konsumen bahwa aplikasi yang dijual di App Store memang aman dan tidak disusupi program mata-mata atau malware. 

"Sebaliknya, di toko aplikasi Android tak ada jaminan kualitas atau keamanan. Lalu ada banyak penipuan dan aplikasi-aplikasi yang memang kualitasnya tidak bagus." 

 Dari Segi Mekanisme Freemium
Para developer berpendapat bahwa mekanisme yang diterapkan Apple di App Store kurang cocok untuk beberapa jenis aplikasi, salah satunya freemium yang bisa diperoleh gratis tetapi memiliki konten tambahan berbayar. 

Joe Burger adalah pengembang aplikasi manajemen karyawan Labor Sync. Versi trial dari aplikasi freemium ini bisa dipakai secara gratis, tetapi pengguna harus membayar untuk bisa menggunakan fungsi penuhnya. Pada Android, hal tersebut sama sekali bukan masalah, tetapi Apple rupanya keberatan dengan model yang diterapkan Burger. "Kami ditolak karena mencantumkan alamat situs web kami di dalam aplikasi, di mana kami menjalankan mode trial gratis aplikasi itu," ujarnya. "Kami juga ingin membuat mekanisme pembayaran kami sendiri dengan harga yang dinamis, tetapi Apple rupanya tidak setuju." Agar aplikasinya bisa masuk App Store, Burger diharuskan menghapus hal-hal yang berkaitan dengan situs web-nya dari dalam aplikasi. Dia juga wajib menerapkan metode pembelian konten dalam Aplikasi dari Apple sehingga terpaksa menambahkan sejumlah kode programming lagi. "Dengan Android, penjualan kami lebih komplit. Pengguna membeli aplikasi kami, mencoba versi trial, lalu sign-up dan membayar biaya langganan. Itu tak terjadi di App Strore," ujar Burger. 
 
 Dari Segi Tampilan Update
Hal lain yang menjadi momok developer yang menjual aplikasi di App Store adalah prosedur update yang memakan waktu lama. Monica Martino dan Greg Smith dari Privus Mobile mengatakan bahwa menerapkan update untuk aplikasi Android lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan update pada aplikasi iOS.

"Pada iOS, diperlukan waktu tiga bulan untuk mengerjakan update. Kemudian butuh waktu satu bulan lagi agar update tersebut bisa diperiksa oleh Apple, itu pun kalau tidak ditolak kemudian," keluh Martino. "Saat update tersebut akhirnya bisa keluar di App Store, jangka waktu yang sama bisa dipakai untuk meng-update sebuah aplikasi Android sebanyak tiga kali." 

Ketatnya kontrol kualitas aplikasi yang diterapkan Apple bisa jadi mendorong pengembang aplikasi macam Martino dan Smith untuk berpindah ke Google Play

Google Play memang masih jauh di belakang App Store soal besarnya pendapatan yang dihasilkan aplikasi-aplikasi di dalamnya. Namun, apabila Apple tak melonggarkan kebijakan kontrol kualitas di App Store, bukan tak mungkin toko aplikasi Android saingannya itu bisa mengejar ketertinggalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru